Strategi Pergerakan Mahasiswa Menuju Kecerdasan Berlembaga dan Kecerdasan Akademik

Strategi Pergerakan Mahasiswa Menuju Kecerdasan Berlembaga dan Kecerdasan Akademik
Oleh : Rahmat Ikhsan

Latar Belakang
 
Dunia Perguruan tinggi sungguh berbeda dengan dunia sekolah menengah (atas dan pertama). Dunia sekolah menengah adalah priode yang dipenuhi suka cita, egoisme, kegundahan khas remaja dan cita-cita hidup yang masih didominasi oleh ukuran-ukuran material dan pragmatis. Dunia perguruan tinggi berbeda, seolah membukakan segalanya sambil menjekaskan penuh warna dan pertarungan pembentukan jati diri yang diukur dengan spirit intelektualisme, karya dan akhirnya pengakuan. Hidup tidaklah sederhana yang dipikirkan sebelumnya, namun tetap menyimpan misteri potensi keindahan dan sukacita yang lebih luas, berwarna, dan mendalam. Semuanya bermula dari kesadaran historis pembentukan dan perjalanan bangsa serta posisi strategis mahasiswa didalamnya.
 
Sejarah menggambarkan betapa perubahan yang terjadi di negeri kita digerakkan oleh kelompok-kelompok terpelajar diuniversitas, kemerdekaan Indonesia banyak diinspirasi oleh mahasiswa/terpelajar. Perjuangan yang melahirkan Sumpah Pemuda 1928 digerakkan kelas mahasiswa yang tergabung di dalam Boedi Oetomo sejak 1908. Bahkan Proklamsi Kemerdekaan 1945, tidak terlepas dari peranan mahasiswa indonesia. Teranyar, terjadinya reforamsi 1998, peran mahasiswa sangat dominan.
 
Salah satu sebab yang mendorong kekuatan mahasiswa tersebut karena mahasiswa merupakan kelompok yang berpendidikan terbaik yang mampu bergerak disemua  lapisan masyarakat. Deskripsi diatas adalah gambaran dan milik zaman mahasiswa lampau. Pertanyaan kemuadian, sejauhmanakah kita mampu menjadi mahasiswa yang sesungguhnya sebagaimana yang tergambar dalam sejarah negeri ini? Apa yang menjadi pembeda antara kita saat ini yang berstatus mahasiswa dengan mereka yang tidak mengeyam dunia mahasiswa?.
 
Menjadi mahasiswa pada saat ini, mungkin tidak seperti bagaimana rasanya menjadi mahasiswa pada tahun 1908, 1928, 1945, atau pada 1998. Anda memiliki problematika zaman tersendiri yang tentu berbeda dengan mereka. Tantangan yang mereka hadapi mungkin jauh berberda dengan mahasiswa dahulu dimana budaya mode, konsumtif, dan hura-hura sedang menjadi godaan bagi setiap mahasiswa dimanapun berada, khususnya dikota-kota besar.
 
Ruh mahasiswa sebagai kreator, cerdas, kritis, selalu dijiuluki agent of social change, dan beragam posisi lainnya diatas, harus dikembalikan. Masa-masa anda sebagai anak muda dengan titel mahasiswa hanya akan dialami selama seumur hidup dan tidak semua orang dapat  menikmati posisi mahasiswa yang anda jalani saat ini. Karena itu, menghayati peran sejati dan jati diri menjadi mahsiswa sejati itu harus dijadikan sebagai bagian dari spirit untuk mengurangi dunia ke-mahasiswa-an anda saat ini.
Rumusan Masalah
  • Bagaimanakan strategi pergerakan mahasiswa menuju kecerdasan berlembaga dan kecerdasan akademik ?
PEMBAHASAN
 
Sejarah dan Peran Strategis Mahasiswa
 
Sebagai kelompok minoritas terdidik, mahasiswa memiliki banyak kekuatan didalam dirinya antara lain kekuatan moral (moral force), kekuatan ide (power of idea) dan kekuatan nalar (power of reason). Dengan kekuatan-kekuatan itu mahasiswa, sebagaimana dikemukakan oleh Jack Newfield, bisa disebut sebagai a prophetic minority. Jack Newfield Lebih lanjut menjelaskan: 
 
Mahasiswa adalah kelompok minoritas-para aktivis hanyalah minoritas dalam populasi mahasiswa. Tetapi mereka memainkan peran yang profektik. Mereka melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang tidak atau belum dipikirkan oleh masyarakat umumnya. Dalam visi mereka, tampak satu kesalahan mendasar dalam masyarakat. Dan mereka menginginkan perubahan. Tidak sekedar perubahan-perubahan marginal, tetapi perubahan fundamental. Mereka memikirkan suatu proses transformasi.
 
Sejarah indonesia juga mencatat bagaimana pentingnya peran mahasiswa baik dalam proses menuju maupun proses pembentukan pasca terbentuknya negara indonesia. Peran mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan sangat menonjol dalam perubahan-perubahan besar di republik ini. Sejarah kemudian mencatat peran mereka dalam pembentukan nasionalisme indonesia melalui Sumpah Pemuda 1928, penculikan Soekarno-Hatta yang mendorong percepatan Proklamasi Kemerdekaan menjadi 17 Agustus 1945,peralihan Orde Baru tahun 1960-an akhir; dan perlihan Orde Baru ke transisi era Reformasi pada tahun 1998.
 
Tiap-tiap kelompok meiliki sudut pandang yang berbeda-beda tentang segala permasalahan. Mereka juga berbeda dala cita-cita masyarakat ideal. Namun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa Organisasi-organisasi kemahasiswaan berperan besar dalam penyiapan dan penyediaan kader-kader penerus bangsa, apapun keyakinan ideologis dan cita-cita idealnya.
 
Merekalah yang memproduksi –meminjam istilah sejarahwan Arnold Toynbe-Creeative Minority yang berperan sebagai Agent Of Change  dan Agent Of Social Control bagi masyarakat dan bangsanya. Berdasarkan background kesejarahan tersebut, sejak awal seorang mahasiswa sepatutnya menanamkan diri untuk menjadi sosok “Mahasiswa Sejati”.
 
Mahasiswa Sejati ( mahasiswa yang mampu mensinergiskan atara akademik dan organisasi). 
 
Untuk menjadi mahasiswa seajati pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu apa yang menjadi ‘fitrah’ dari mahasiswa. Paling tidaka ada empat predikat yang melekat pada mahasiswa, pertama insan akademis adalah insan pemebelajar yang haus ilmu dan reformasi bagi pengembangan rasio dan kepribadiaannya. Sekaligus menjadi bagian yang mengusung dunia yang dinaungi nilai-nilai keilmiahan, moralitas dan independensi.
 
Kedua’ kemudaan. Mahasiswa adalah bagian dari pemuda dan pemuda adalah pemilik ‘darah muda’, yang mencari jati diri dan menerjemahkan dunianya terkadang kita tidak secara rasional tapi emosional. Dalam kemudaannya, mahasiswa adalah insan yang menginginkan perubahan, progresifitas, dan menciptakan dunianya sendiri yang berbeda dari‘dunia buatan orang tua’.
 
Ketiga, youth of the nation. Sebagai youth of the nation, ia merupakan potret masa depan bangsanya. Makanya wajar bila suatu bangsa banyak menaruh harapan padanya. Mahasiswa harus menghadapi permasalahan dan keresahan bangsanya. Memahami kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki bangsanya. Lebih penting lagi, menjadi bagian problem solver, bukan baghi bangsanya.
 
Keempat, elit intelektual. Tidak samapai lima persen pemuda indonesia mampu mengenyam perguruan tinggi. Sebagai elit intelektual, mahasiswa sudah sepatutnya menjadi ’kompas’ yang menunjukkan arah bangsanya. Menjadi ‘lampu pijar’ yang menerangi lingkungan sekitaranya.
 
Singkatnya menjadi mahasiswa sejati adalah berusaha keras memenuhi keempat predikat yang melekekat pada status mahasiswa diatas. Mahasiswa sejati bukanlah mahasiswa yang datang untuk kuliah dan setelah itu pulang, menunggu kelulusan hingga berharap bekerja di perusahaan dan lembaga yang mentereng. Dia tidak puas dengan ilmu yang diperoleh diruang kelas-kelas semata. Dia mencari ilmu dan membentuk  kepribadiaanya di perpustakaan, diskusi dan seminar, study club, organisasi kemahasiswaan intra dan ekstra, serta melakukan public/komunity service. Bahkan melakukan “gerakan-gerakan”, menciptakan  insan yang beguna untuk  masyarakat, lingkungan  dan  masa depannya.
 
Dengan melihat ke empat kriteria yang harus dimiliki seorang mahasiswa  dalam konteks yang ideal dan untuk menjabarkan dalam dinamika roda organisasi lingkup dunia kampus yang sering kita jalani dalam keseharian kita seperti di HIMSENA sebagai tempat belajar untuk mencari dan menuangkan semua pengetahuan kita tentang masalah akademik dan keorganisasian sebagai penunjang dalam akatifitas kita.
 
HIMSENA sebagai wadah dalam penujang proses pembelajaran untuk mahasiswa yang berkecimpung di dalamnya maka ke empat elemen yang telah dijabarka tersebut harus mampu pula untuk diaktualkan dalam menjalankan roda organisasi di HIMSENA, ini mungkin bukanlah pesoalan mudah untuk melakukan itu tetapi disinilah kemampuankita sebagai mahasiswa di uji untuk melihat sampai dimana batas kemampuan kita untuk bisa dikatakan sebagai mahasiswa sejati yaitu mahasiswa yang mampu mensinergiskan antara akademik dan organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Arif  Musthopa, 2009. Titik  Nol Menjadi Mahasiswa Sejati, Jl. Dipenogoro 16 Menteng,    
Jakarta Pusat 10310


Category Article ,

What's on Your Mind...